Friday 30 September 2011

Thank God! *speechless*

Juli 2011 adalah bulan yang mungkin tidak pernah akan saya lupakan. Saya ingat pagi itu, ketika saya tiba di rumah papih saya, saya menemukan papih duduk mengigau, tidak sadarkan diri dan banjir keringat. Saya yang waktu itu datang ke rumah bersama cici saya menjadi bingung dan cemas. Awalnya saya mengira papih saya hanya bercanda seperti kebiasaan kami pada umumnya, -pura-pura tidur-. Namun setelah berulang kali kami memanggil papih, dan tidak ada respon, kami sadar, sesuatu yang buruk telah terjadi.

Saat itu kami segera memutuskan untuk memanggil mamih kami yang saat itu di gereja dan membawa papih ke rumah sakit (saat kejadian, hanya papih seorang di rumah). Di rumah sakit, papih terdiagnosa mengalami perdarahan hebat di kepala karena adanya pembuluh darah yang pecah di dekat batang otak, mungkin itu sebabnya dalam perjalanan kami ke rumah sakit, papih tampak kesakitan dan terus memegang bagian pundaknya. Kami yang tidak mengerti mengira papih pegal dan hanya menggosokan minyak angin, maklum saat itu, papih dalam kondisi tidak sadar dan sulit berbicara.

Hari itu, papih mengalami saat-saat kritis, ia menjadi sangat panik dan kebingungan tentang apa yang terjadi, dan yang lebih parahnya papih sempat mengalami gawat jantung sehingga harus mendapatkan penanganan resusitasi. Kami benar-benar panik saat itu, kami menghubungi semua keluarga, saudara dan rekan-rekan di gereja.

Alhasil, papih harus mendapatkan perawatan ketat di Ruang ICU. Menurut dokter spesialis saraf dan penyakit dalam, papih akan mengalami masa kritis kurang lebih 15 hari. Pada masa 15 hari itu, kemungkinan hal buruk yang sama sekali tidak kami harapkan mungkin saja bisa terjadi, karena perdarahan subarachnoid pada kepala papih dibilang sangat luas dan dapat menekan bagian-bagian otak yang vital. OMG! Saat itu, benar-benar tidak ada lagi yang bisa kami sekeluarga lakukan, kecuali berharap pada Bapa di Surga.

Di masa-masa berat itu, saya ingat papih pernah bercerita pada saya, di masa yang berat dan saat kita tidak tau harus berbuat apa, papih mengajarkan saya untuk berkali-kali mengucapkan doa Bapa kami. Dan itulah yang saya lakukan, saya baca kalimat per kalimat, berulang-ulang. Sampai saya mendapat berkat yang luar biasa dari doa ini.

Pada satu kalimat tertulis, "jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di surga". Ya! Bukankah di Surga sana selalu ada hal baik dan tidak pernah ada satu pun hal buruk. Begitupun saya, saya berharap yang terjadi saat itu adalah hal baik dan pasti Tuhan akan berikan yang terbaik. Karena di doa itu bukan ditulis, jadilah kehendak-Mu di surga seperti di bumi, bukan demikian. Setiap kali saya membacakan doa itu, saya seolah mendapat kekuatan ekstra dari Tuhan. Saya tulis doa Bapa kami di mana-mana, di buku catatan saya, di blog saya, supaya saya selalu ingat bahwa Tuhan mau yang baik terjadi dalam hidup kami.

Sampai kira-kira 2 minggu kemudian, papih mengalami keadaan kritis karena frekuensi napas papih sempat 0 per detik nya. Napasnya menjadi sangat lemah, karena perdarahan yang hebat membuat keadaan otak sedemikian rupa. Papih harus mendapatkan berbagai macam alat bantu untuk membuatnya bertahan. Ketika kami mendengar berita itu, kami benar-benar sedih, kira-kira pukul 12 malam, kami bersatu hati berdoa di tempat kami masing-masing berada. Saya ingat saat itu, saya dan cici saya berdoa bersama via bbm. Kami berdoa di dalam kekhawatiran kami, berjam-jam, sampai akhirnya kami berdoa di dalam pengharapan kami yang sangat besar bahwa papih pasti bisa sembuh. Sekali lagi, papih pasti bisa sembuh! Dan saya yakin kemuliaan Tuhan akan dinyatakan.

Kira-kira setelah 3 minggu berada di Ruang ICU, dokter spesialis saraf memanggil kami dan berkata bahwa papih kami adalah seorang yang luar biasa, yang sanggup bertahan dalam keadaan perdarahan subarachnoid seluas ini. Umumnya mereka yang mengalami kejadian perdarahan subarachnoid luas tidak sanggup bertahan hidup dalam masa-masa kritisnya. Luar biasa! Papih pun dipindah ke ruang perawatan kamar untuk menjalani perawatan selanjutnya.

3 bulan berlalu setelah peristiwa itu, papih saat ini dalam masa pemulihan di rumah. Papih yang kami -dan dokter- kira akan mengalami kelumpuhan kaki bagian kanan, mata kiri, dan kehilangan sebagian ingatannya, ternyata tidak. Papih berangsur-angsur membaik. Papih belajar berjalan dan belajar berbicara kembali. Keadaannya sudah 70 persen saya kira, dan kami terus berdoa supaya Tuhan sembuhkan papih dengan total bahkan lebih.

Sungguh pelajaran berharga yang kami terima dari Tuhan, kami belajar berharap, dan terlebih lagi kami belajar bersyukur. Mungkin saat papih dalam keadaan sehat-sehat saja, kami lupa bersyukur untuk keluarga yang indah dan luar biasa yang Tuhan berikan buat kami. Namun setelah kejadian ini, kami belajar bahwa kami menerima anugerah yang begitu besar: papih yang hebat dan keluarga yang luar biasa!

Bukan hanya itu, di masa-masa pemulihan papih, saya melihat dan belajar, betapa luar biasa nya mamih. Tidak pernah sedetik pun mamih tidak memperhatikan papih, bahkan sekecil apapun. Begitu pula dengan cici dan adik saya. Saya semakin menyadari, kami ini adalah keluarga luar biasa yang Tuhan bentuk. Tidak peduli selelah apapun, kami merawat papih -seperti yang papih lakukan terlebih dahulu-, karena kami memiliki kasih di dalam keluarga yang Tuhan berikan.

I love you, papih, mamih, ci Ria and Helen!
I love you, Ricky, my caring husband and lovely boyfriend forever!

Thank you, Katrin, Upil, Ieke buat second opinion nya sehingga kami sekeluarga semakin yakin akan keadaan papih.

The last but not least,
Terima kasih untuk setiap wujud dukungan yang teman-teman berikan -yang tidak biasa saya sebutkan satu persatu saking banyaknya-. Mohon dukungan doanya untuk pemulihan kesehatan papih, supaya lewat papih, kemuliaan Tuhan disaksikan.
God bless you!

Finally, I can't stop thanking God for everything he has done to my life!
Thank God!
Sent from BlackBerry® on 3

No comments:

Post a Comment

Ricky and Joan

Daisypath Anniversary tickers