Ellen Langer, seorang psikolog terkenal dari Harvard pernah mengadakan sebuah penelitian. Ia mengamati perilaku pengguna mesin fotokopi di kantornya saat sedang antre. Hasilnya, jika seorang yang sedang antre minta izin untuk mendahului menggunakan mesin fotokopi dan berkata, "Maaf, punya saya cuma 5 halaman. Boleh saya mendahului?" Kemungkinan ia diperbolehkan adalah 60%. Tapi, untuk mereka yang berkata, "Maaf, punya saya cuma 5 halaman. Boleh saya mendahului karena saya sedang buru-buru?" Untuk permohonan yang kedua ini, kemungkinan ia diperbolehkan adalah 94%. Beda dari kedua kalimat ini sederhana, yaitu adanya "karena".
Dalam istilah pakar marketing Tung Desem Waringin, hal ini disebut sebagai hukum psikologis karena. Bayangkan, Anda sedang berjalan-jalan di mal. Lalu tiba-tiba ada seseorang memberi Anda sekotak roti, lalu pergi begitu saja. Apa yang ada di pikiran Anda? Normalnya, kita justru bingung, curiga, takut bahkan tidak akan mau memakan roti itu. Sebaliknya, jika orang tadi memberi sambil mengatakan bahwa roti ini diberikan karena produsen roti itu sedang mengadakan promosi, kita mungkin justru akan berterima kasih dan merasa bersyukur.
Di masa ekonomi sedang sulit, makin banyak pula konsumen yang kritis sebelum membeli apapun, baik barang maupun jasa. Karena, itu pastikan, Anda juga memberikan penjelasan yang tepat kepada konsumen. Ini misalnya, sudah dilakukan oleh banyak produsen makanan, elektronik, dsb dengan membuka layanan customer service center 24 jam. Konsumen juga lebih tertarik pada pengumuman, "Diskon 50% dalam rangka HUT RI" ketimbang hanya "Diskon 50%". Ini karena secara psikologis, itu membuat mereka merasa diskon sebagai keistimewaan bagi mereka. Setiap manusia butuh penjelasan dan alasan, tidak hanya untuk kesalahan, tapi juga untuk kemudahan yang diberikan.
Dari sini, kita bisa lihat, KETERBUKAAN ternyata bukannya merugikan, tapi justru dapat membawa KEUNTUNGAN.
Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Markus 4:21
Dalam istilah pakar marketing Tung Desem Waringin, hal ini disebut sebagai hukum psikologis karena. Bayangkan, Anda sedang berjalan-jalan di mal. Lalu tiba-tiba ada seseorang memberi Anda sekotak roti, lalu pergi begitu saja. Apa yang ada di pikiran Anda? Normalnya, kita justru bingung, curiga, takut bahkan tidak akan mau memakan roti itu. Sebaliknya, jika orang tadi memberi sambil mengatakan bahwa roti ini diberikan karena produsen roti itu sedang mengadakan promosi, kita mungkin justru akan berterima kasih dan merasa bersyukur.
Di masa ekonomi sedang sulit, makin banyak pula konsumen yang kritis sebelum membeli apapun, baik barang maupun jasa. Karena, itu pastikan, Anda juga memberikan penjelasan yang tepat kepada konsumen. Ini misalnya, sudah dilakukan oleh banyak produsen makanan, elektronik, dsb dengan membuka layanan customer service center 24 jam. Konsumen juga lebih tertarik pada pengumuman, "Diskon 50% dalam rangka HUT RI" ketimbang hanya "Diskon 50%". Ini karena secara psikologis, itu membuat mereka merasa diskon sebagai keistimewaan bagi mereka. Setiap manusia butuh penjelasan dan alasan, tidak hanya untuk kesalahan, tapi juga untuk kemudahan yang diberikan.
Dari sini, kita bisa lihat, KETERBUKAAN ternyata bukannya merugikan, tapi justru dapat membawa KEUNTUNGAN.
Orang membawa pelita bukan supaya ditempatkan di bawah gantang atau di bawah tempat tidur, melainkan supaya ditaruh di atas kaki dian. Markus 4:21
No comments:
Post a Comment