Wednesday, 21 July 2010

Toxic Belief: "Jangan Egois, Dahulukan Orang Lain..."


Bertahun-tahun lamanya saya hidup dengan keyakinan bahwa mengalah adalah selalu yang terbaik. Selain latar belakang masa kecil saya, berbagai “program” yang ditanamkan kepada saya bertahun-tahun selalu mengajarkan saya untuk memberi jalan lebih dulu pada orang lain. Setiap kali saya mencoba memperjuangkan sesuatu untuk diri saya sendiri, seolah-olah seperti ada suara yang berkata “Kamu egois sekali sih... Kok mentingin diri sendiri banget?”

Kenyataannya, hidup dengan keyakinan seperti ini membuat saya menderita. Pertama, semakin banyak orang yang memanfaatkan dan menginjak-injak saya, lantaran saya selalu bersedia melakukan apa yang mereka inginkan di atas kepentingan diri saya sendiri. Saya bahkan pernah bertengkar hebat dengan istri saya karena membatalkan janji yang sudah dibuat 3 minggu sebelumnya, hanya karena mendadak saya harus masuk kerja di hari Sabtu. Waktu itu saya berpikir kalau saya tidak mau menuruti keinginan bos untuk masuk kerja, maka saya egois dan mementingkan diri sendiri.

Kedua, saya juga semakin stres karena berkali-kali harus berada di posisi “kalah”. Sebenarnya saya tidak mau dan tidak ingin berada di posisi itu, tetapi perintah “Jangan egois dan dahulukan kepentingan orang lain” membuat saya terpenjara dan terpaksa melakukan apa yang seringkali tidak saya ingini. Saya yakin masih banyak orang yang hidup dengan cara seperti ini dan saya sangat memahami betapa besarnya beban yang mereka tanggung akibat keyakinan ini.

Maka, pada kesempatan ini, saya ingin Anda memahami, sesungguhnya ada 3 keyakinan yang beredar berkaitan dengan topik yang kita bahas, yaitu:
1. “Jangan pedulikan orang lain. Pada era yang kejam sekarang ini Anda harus memakan sebelum dimakan.”
2. “Jangan mementingkan diri-sendiri, dahulukan orang lain dong... (ini yang baru kita bahas)”
3. “Perjuangkan kebaikan untuk dirimu sendiri tanpa melukai orang lain dan mengorbankan etika moralitas.
  Keyakinan ketigalah yang seharusnya kita hidupi. Anda BOLEH dan BERHAK memperjuangkan untuk kepentingan diri Anda sendiri sepanjang Anda tidak melukai dan melanggar etika serta moralitas. Bahkan pada masa- masa tertentu, Anda HARUS memperjuangkan diri-sendiri.

ANDA HARUS TAHU BAHWA:
- Anda BERHAK berkata “TIDAK” dan menolak orang lain.
- Anda BERHAK memperoleh apa yang Anda inginkan.
- Anda BERHAK mendebat, mempertanyakan, dan meminta penjelasan untuk sesuatu yang bisa merugikan Anda.
- Anda BERHAK memperjuangkan kepentingan diri Anda, terutama jika menyangkut area-area esensi dalam hidup Anda (keluarga, keuangan, kesehatan, karir, dan sebagainya).
- Anda BERHAK hidup bahagia dan menerima yang terbaik untuk diri Anda..

Mulai saat ini:
1. Mulailah meminta penjelasan saat Anda merasa “berat sebelah” dan Anda berada di posisi dirugikan.
2. Beranilah berkata “tidak” untuk sesuatu yang jelas-jelas di luar kemampuan Anda, di luar tanggung jawab Anda, atau untuk sesuatu yang jelas-jelas tidak adil dan hati Anda keberatan. Minimal, Anda menyampaikan keberatan Anda dan alasannya. Saya tahu ini tidak mudah, karena itu mulailah dari hal-hal kecil seperti memilih tempat makan, berkatalah “tidak” jika Anda tidak suka makan di tempat tertentu.
3. Beranilah meminta Hak Anda yang memang sudah sewajarnya Anda terima. Jika Anda merasa seseorang tidak me’reward Anda dengan layak sesuai kontribusi/kemampuan Anda, beranilah untuk bertanya dan meminta penjelasan (dengan cara yang sopan dan bijaksana
tentunya)
4. Hadapilah penolakan. Anda harus ingat bahwa Anda TIDAK BISA menyenangkan hati semua orang. Sehebat apapun Anda mengalah, akan selalu ada orang-orang yang menuntut lebih kepada Anda.
Karena itu, jangan berpikir untuk menyenangkan hati orang lain dengan mengorbankan diri-sendiri hingga habis-habisan. Memang benar ada kalanya kita harus mengalah, namun ada kalanya pula kita harus memperjuangkan hak kita, terutama jika sudah menyangkut sesuatu yang esensi.
5. Ketahui apa yang Anda perjuangkan. Banyak orang tidak mau mengalah untuk hal-hal remeh yang tidak penting. Karena itu, saya menyarankan ketika Anda hendak memperjuangkan sesuatu demi diri-sendiri, pastikan itu adalah hal yang layak diperjuangkan, bukan hanya sekedar hal-hal remeh. Misalnya, Anda dalam kondisi sakit keras dan bos Anda meminta Anda masuk kerja, maka Anda boleh memperjuangkan kesehatan diri Anda dan bernegosiasi untuk ijin tidak masuk. Tetapi jika Anda sedang sehat dan rekan Anda meminta Anda menggantikan tugasnya lantaran istrinya masuk rumah sakit, dan Anda memperjuangkan tetap ingin libur dan tidak mau menggantikan tugas rekan Anda, saat itulah Anda memperjuangkan hal yang remeh dan benar-benar menjadi egois.

Semoga mulai hari ini Anda paham bahwa Anda BOLEH dan BERHAK memperjuangkan kebaikan diri Anda sendiri. Berhentilah menjadi martir dan mulailah berani memacu dirimu untuk “menyalip” orang lain.

(Sumber: www.shifthinknow.com, "21 EMOTIONAL TOXIC BELIEF oleh Josua Iwan Wahyudi")

1 comment:

  1. thanks for sharing joan

    salam,
    Josua Iwan Wahyudi
    Master Trainer EQ Indonesia
    www.shifthinknow.com

    ReplyDelete

Ricky and Joan

Daisypath Anniversary tickers